MegatukadArtist : Homicide
Homicide kembali pada kalam serupa bara
menjaga nyala api hasrat ditengah rawa
mengasah mata belati penasbihan petaka
bagi mata medusa yang tak berujung menagih nyawa
bagi kuasa yang mengendalikan parlemen dan penjara
menyambut petang berhala, kutunjukkan kau gejala
didepan pintu McDonalds dan gerbang Kodam berkepala
macan Siliwangi yang dipenggal ribuan terdakwa
air sumur berbusa, langit sehitam jelaga
udara bertaring memaksa rima ini berbisa
dan kau iman yang menghamba pada keabadian pusara
kubacakan serat korporat yang mengglobalkan angkara
rahim samsara yang terjaga pasca bencana
pasca iman disilaukan kilatan C-4 dan surga
dan pasca jaring warasku yang mulai menyaingi utopia
semustahil berharap dunia pasca 9-11 tanpa tentara
tanpa Antara kukabarkan perihal neraka
perihal sodom-gommorah, gurah dan semua barisan berhala
yang kau pijak kau jadikan jalur sumber pahala
dan kau tebus semua surga dengan bangkai para pendosa
rima serupa sangkala prosa penolak bala
hiphop hulu waktu dengan pekat sehitam bendera
bukan lagi perkara bukan lagi masalah jika
ribuan mimpi, satu barisan rubuhkan menara
#chorus
bentangan kalam serupa bara, satuan rima penolak bala
kepalan langitan gantang bencana, seharam jadah penagih nyawa
Homicide kembali pada bentangan kalam serupa martil
rima ababil, ziarah kesumat demolisi kastil
Serupa menarik tentara dari Freeport, prosa ini mustahil
kalian kubur bersama sejarah di pemakaman terusir
negasi yang berdiri kala Valhala tak berpinggir
demokrasi dagelan boneka tirani mesin kasir
koalisi kobil, yang meminta setoran parkir
serupa darah dan satir, dan pengabdian tanpa akhir
kontra takdir, cetakbiru korporat vampir,
tata dunia baru memaksa rima ini bertitik nadir
konspirasi tanpa akhir dan eskalasi pembangkangan sipil
antidote keterasingan dalam kepakan sayap martir
serupa lobi parlemen menggiring para musafir
ke padang kepatuhan ujung laras para marinir
nazarkan hidup tanpa sipir dan ujung harap yang lahir
demi surga dan janji para pahlawan yang tak pernah hadir
armamen imaji dalam magasin barisan sabil
hunusan trakhir, pelumatan manual para kusir
harapan yang menolak saji hamba dimuka takdir
bersama para sodagar menyusun jutaan dominasi tafsir
rima serupa sangkala prosa penolak bala
hiphop hulu waktu dengan pekat sehitam bendera
bukan lagi perkara bukan lagi masalah jika
ribuan mimpi, satu barisan rubuhkan menara